Desember 2010

Cerita Motivasi (CerMot)_Gadis Oon(dungu) Went to Canada

 By: Regina Natalia



Hahahaha...ide gila apa yang terlintas dipikiran Gadis. Ia ingin mengikuti sebuah kontes Miss Personality 2010 di Kanada yang biasanya dipadati dengan wanita-wanita cantik dari barbagai mancanegera. Mereka memiliki segudang kelebihan serba “WAH!!!” yang tak dimiliki oleh Gadis. Bermodalkan secuil keterampilan bahasa inggris namun dengan keberanian yang sangat besar, membuat Gadis(1)termotivasi untuk mendaftarkan diri ikut kontes tersebut.

Pergi ke luar negeri adalah salah satu (2)visi hidup yang harus diwujudkan Gadis. Menurutnya, ini adalah jalan yang dapat ditempuh agar ia bisa melaksanakan (3)misi rahasianya itu. Setelah mendaftarkan diri, Gadis mulai menyusun strategi untuk mempersiapkan diri mengikuti kontes tersebut. Ia membuat sebuah daftar tentang hal-hal apa saja yang harus ia lakukan meliputi:

Baca selengkapnya »

Prestasi Membanggakan Anak-Anak Papua


Punya presiden, wapres, dan mendiknas yang semuanya doktor, ternyata tidak menjamin bahwa masalah pendidikan mendapatkan perhatian serius.

Pak Yohanes, you are rock! Kebetulan sekali, orang Papua memang suka bilang: Kamu Batu!, untuk orang-orang yang memiliki kemauan keras dan mewujudkannya. Saya kurang tahu apakah asal muasal kata 'Kamu Batu' ini terjemahan langsung dari you're rock. Kadang-kadang memang ada bahasa yang diplesetkan. Misalnya, kalau mengumpat, orang Indonesia suka bilang: Matamu itu! Saya pernah mendengar seorang karyawan mengumpat ke ekspatriat: Your eyes, Sir. Tentu saja yang diumpat kebingungan: What's wrong with my eyes? Mungkin, kini saatnya umpatan 'Your eyes itu, Sir dialamatkan ke pemerintah kita sendiri, yang katanya memiliki amanah untuk mencerdaskan bangsa.

Sangat menyedihkan. Selama sepuluh bulan dibina di Karawaci, dua jam dari Jakarta, tak sekalipun anak-anak luar biasa ini dikunjungi pejabat. Ketika akhirnya ada pejabat cabutan yang menghadiri perlombaan di Papua, dan butuh lima jam untuk terbang plus empat jam off-road dari Jakarta ke Papua-Tolikara, terbukti bahwa kehadiran mereka sangat dinantikan.

Bangsa ini butuh orang seperti Pak Yohanes, yang selalu menjadi pionir dan percaya dengan jurus mestakung (semesta mendukung)-nya. Bangsa ini juga butuh pejabat seperti John Tabo,yang sanggup mengambil keputusan tidak populer. Bangsa ini, lebih penting lagi, butuh anak-anak, pemuda-pemuda, dan semua elemen masyarakat untuk bekerja keras. Setidaknya, memang ada empat hal dalam setiap perjuangan. Breaking through, move the barrier, support the movement, and networking. Pak Yohanes sudah memecah gembok itu, Pak John Tabo menyingkirkan penghalang atau dengan kata lain memberikan jalan, anak-anak itu menjalankan amanah dan kepercayaan yang diberikan, dan akhirnya jaringan yang terbentuk ini menjelma menjadi sebuah prestasi membanggakan.




----------------------------
Salam dari Jayapura!

Kami bertiga baru saja keluar dari pedalaman Tolikara menyaksikan Olimpiade Astronomi se Asia-Pacific. Hasilnya?
Pelajar2 Indonesia menduduki urutan ke-2 dari 9 negara, dengan perolehan 1 medali emas, 2 perak dan 4 perunggu. Korea Selatan di urutan pertama dengan 2 emas. Indonesia berada diatas China, Rusia, Kazakshtan, Kyrgistan, Nepal, Cambodia, dan Bangladesh. Lebih mengejutkan lagi, 3 medali perunggu Indonesia di raih oleh pelajar asal Tolikara, kabupaten terpencil di Tolikara, yang selama ini mengalami keterbelakangan pendidikan dan SDM. Dari Tolikara, Indonesia belajar!
Kisahnya dimulai dengan seorang "gila" bernama Yohanes Surya, pendiri Surya Institute dan salah satu aktivis olimpiade science dunia, yang telah sukses mempromosikan banyak anak Indonesia ke ajang olimpiade science dunia, memprakarsai dilaksanakannya Olimpiade Astronomi Asia Pacific (APAO) di Indonesia. Program ini ditawarkan ke berbagai pemda di Indonesia, namun tidak ada yang tertarik. Hingga suatu hari ...
Yohanes Surya ketemu dengan seorang "gila" lainnya bernama John Tabo, orang Papua, Bupati Tolikara, pegunungan tengah Papua, kabupaten baru yang terisolir dan hanya bisa dicapai dengan naik pesawat kecil dari Jayapura ke Wamena disambung berkendaraan off-road selama 4 jam, daerah dimana laki-laki tanpa celana dan perempuan tanpa penutup dada, ditemukan dimana-mana. John Tabo, tanpa diduga, bersedia menjadi sponsor pelaksanaan APAO di Indonesia, selain menjadi tuan rumah, dia juga mendanai seluruh biaya persiapan tim olimpiade Indonesia yang datang dari berbagai daerah di Indonesia termasuk dari Papua, selama 1 tahun.
John Tabo membangun tempat khusus (hotel) untuk menjadi venue olimpiade ini. Orang yang berfikir normal pasti bilang, untuk apa John gila ini urusin Olimpiade astronomi seperti ini? bukankah masih banyak persoalan internal kabupaten yang harus dia selesaikan? mulai dari pendidikan, kesehatan, ekonomi dan berbagai infrastruktur dasar? Cari kerjaan dan masalah saja!
John Tabo melakukan terobosan "gila". Dana diambil dari APBD, mau dari mana lagi? Dia tidak takut BPK atau BPKP yang akan menilainya salah prosedur. Untuk John Tabo, membangun adalah untuk rakyat, jangan dibatasi oleh hal-hal administratif. Yang penting misi dia untuk membangun SDM Tolikara yang mendunia dapat tercapai, dan itu "breakthrough" untuk mengatasi kemiskinan Tolikara, tidak perlu menunggu sampai infrastruktur jalan akses terbuka.

Dikumpulkanlah 15 anak Indonesia sejak februari 2010 di Karawaci untuk, kesemuanya "gila". 8 dari 15 anak tersebut direkrut dari SMP/SMU Tolikara, yang semuanya memiliki kemampuan matematika yang rendah, menyelesaikan soal matematika tingkat kelas 4 SD saja tidak mampu. Bahkan ada yang namanya Eko, ketika ditanya 1/5 + 1/2, langsung dijawab 1/7!
Seorang anak dari Kalimantan Tengah, malah tidak diijinkan kepala sekolah dan gurunya untuk mengikuti persiapan olimpiade ini. Guru-gurunya mengatakan bahwa apa yang akan dia ikuti itu sia-sia saja. Dia melawan ini dan lari dari sekolah!
Ke-15 anak ini dilatih oleh pelatih2 "gila", yang tidak bosan dan kesal melatih anak-anak ini. Dalam 10 bulan ke-8 anak Tolikara ini mampu mengerjakan problem matematika paling sulit yang diajarkan pada tingkat terakhir SMA atau tingkat awal universitas.
Pendekatan mengajarnya juga "gila". Astronomi adalah kumpulan dari berbagai ilmu science: matematika, fisika, kimia dan biologi menjadi satu mempelajari fenomena jagad raya.

Ini juga ilmu gila. Bayangkan seorang anak seperti Eko dari pedalaman Tolikara dapat menjadi salah seorang anak terpandai dibidang astronomi didunia hanya dalam waktu 10 bulan??!!
Urusan ijin ternyata juga "gila-gilaan" .
Ternyata even APAO ini tidak diakui oleh Kemdiknas. Akibatnya, untuk mendatangkan peserta luar negeri, tidaklah mungkin mendapatkan fasilitas visa dari negara. Pake prosedur normal ijin dari Pemerintah cq Mendiknas tidak keluar.
Entah gimana ceritanya ...

Surya Institute akhirnya bertemu dengan seorang "gila" dari UKP4. Orang inilah yang mengetok Menteri Diknas, sehingga kemdiknas mau mengeluarkan ijin. Lalu orang ini memfasilitasi ijin visa disaat-saat terakhir, ketika semua sudah pasrah, bahkan orang ini mempertemukan anak-anak Indonesia dengan wakil presiden RI. Orang normal mungkin akan berfikir, apa urusannya astronomi dengan wapres??!!
Lalu siorang gila dari UKP4 ini menugaskan 3 orang anggotanya yang kebetulan juga "agak gila" untuk datang menghadiri kegiatan olimpiade di Tolikara. jadilah 3 orang itu sebagai satu2nya unsur pemerintah pusat dalam even Olimpiade di Tolikara. Lalu 3 orang ini membawa-bawa nama Wakil Presiden RI dan Kepala UKP4 untuk memotivasi anak2.

Dalam percakapan hati ke hati dengan 15 orang anak, semalam sebelum pengumuman, tidak kurang 7 orang anak terharu menangis, melihat begitu besarnya perhatian pemerintah RI kepada mereka, sesuatu yang tidak pernah mereka rasakan dari pemerintah di Jakarta selama 10 bulan mereka di godok di Karawaci. Datang dan duduk bersama dengan mereka, ternyata lebih dari segalanya bagi anak-anak ini.

Anak-anak Tolikara begitu terharu, menangis terisak, melihat ada orang Jakarta mau datang melihat mereka di Tolikara.
Apa hasil dari semua kegilaan ini? Selain perolehan medali-medali diatas:
1. Indonesia dikenal lewat Tolikara! Tolikara, meskipun tidak dikenal Indonesia, namun telah membuktikan kepada dunia bahwa dari tempat yang sedikit sekali dijamah pembangunan, bisa lahir juara-juara olimpiade science, yang akan
mengharumkan nama Indonesia ditingkat dunia,
2. Tolikara mulai membenahi sumber daya manusianya menuju SDM berkualitas dunia. Hasil olimpiade ini telah memotivasi semua anak Tolikara bahwa keterbatasan fisik dan fasilitas bukanlah halangan bagi anak Tolikara untuk menjadi SDM terbaik dunia. 8 anak Tolikara yang bersaing ditingkat dunia menjadi saksi hidup bahwa SDM Tolikara dapat bersaing ditingkat dunia.
3. Tolikara membuktikan bahwa mereka dapat membangun "lebih cepat" jika cara berfikir "gila" ini diterapkan. Hanya dengan cara gila seperti ini pembangunan Papua dapat dipercepat.
4. Kita perlu "A Tolikara Approach" untuk sebuah percepatan pembangunan Papua!
Pesan moral dari kisah ini:
jadilah orang gila untuk membangun Indonesia lebih baik!
Never underestimate things!
Kesempatan ke Tolikara telah memberikan pelajaran berharga bagi saya. Belajar tidak harus selalu dari tokoh dunia. Dari seorang anak SMP yang tidak pernah diperhitungkan dipelosok Tolikara, kita dapat belajar untuk berbuat yang terbaik bagi Indonesia dan dunia.

Partogi Samosir
Counsellor
Embassy of the Republic of Indonesia
Washington, D.C


weitten by  Sidrotun Naim

Kenapa anda harus ikut menyumbang dana buat Wikipedia...



Internet sekarang sudah jadi istilah sehari-hari... dr anak sd sampai pejabat semua merasa perlu menggunakannya. Atau paling tidak merasa perlu tahu apa itu internet. Well apa sih yg kita tahu sejauh ini ttg internet ?

Dari survey nggak sengaja kalau pas lagi ngomongin internet dgn berbagai kalangan, makna internet secara umum praktis hanya :
1. Sarana informasi yg sebatas situs berita atau majalah online.
2. Sarana komunikasi yg sebatas e-mail, chatting atau yg lagi marak -jejaring sosial.
3. Sarana hiburan yg sebatas game online, video, audio.
4. Sarana berdagang yg sebatas online store dan e-banking

Buat generasi yg begitu mbrojol fotonya sudah masuk internet gara-gara orang tuanya eksis di internet keberadaan internet makin tersepelekan. Ibarat udara... yg betapapun pentingnya dianggap memang harus ada dan tidak istimewa.

Gua sempet ngalamin masa sebelum ada internet. Masa dimana informasi paling update itu cuma koran. TV cuma satu stasiun en ya know how it is... coba aja liat... masih seperti dulu koq. Buku mahal, makanya gua end up ngoleksi kartu perpustakaan. Apa-apa SELALU telat nyampe kesini. Ditambah waktu yg dibutuhkan buat memahami, mempelajari, pengetahuan kita praktis kadaluarsa begitu selesai update. Kecuali buat orang-orang tertentu yg kenal orang-orang tertentu yg kerja buat organisasi-organisasi tertentu. 

Informasi yg nyampe biasanya hasil keputusan orang bahwa "dah deh loe tahu ini ajah". Nggak pernah punya kebebasan milihsumbernya apalagi klarifikasi. Dalam konteks ini kondisnya diperparah sama orang yang memang berdagang informasi. Akses informasi jadi rumit dan mahal. Suka nggak suka kita cuma bisa jadi pemakai. Pengekor.

Sampai munculnya internet.

Dengan hadirnya internet, buat pertama kalinya dalam sejarah umat manusia informasi itu jadi gratis. Ini yang sekarang dianggap remeh. Gua mau loe berhenti dan renungkan frasa ini "Informasi gratis." Tentang apa aja nggak pake tapi. APA SAJA.

Loe liat sesuatu yg menarik di tv loe search en loe bisa baca mulai dr obrolan orang umum sampe telaah pakar ttg hal itu.Pusing baca, simpan. Besok lanjut. Loe baca buku en loe nggak setuju sama pengarangnya loe e-mail pengarangnya. Hampir selalu komentar loe dihargai. Ajakan debat loe di ladenin. Loe baca insiden politik di koran loe search en bisa dapet perspektif semua pihak en jadi lebih jelas duduk perkaranya. Semua orang berlomba-lomba kalo nggak jadi insinyur, jadi dokter... loe cuma pengen jadi penyair. Di dunia nyata loe diketawain. Tapi loe bisa search en bisa kontak dengan bukan satu atau dua, tapi ratusan orang dengan hasrat yg sama. Yang ngomong pun dengan gaya sastra. Dan yang palling yahud, loe demen sama bidang terntetu loe search en ketemu organisasi yg menggeluti bidang itu en loe bisa "pesen" kalau ada info baru kirim ke loe.

Tiba-tiba kedudukan loe SAMA dengan orang seantero jagad. Begitu mereka tahu, loe juga tahu. DAN SEBALIKNYA. Tiba-tiba pengetahuan seluruh dunia ada diujung jari loe. Yang perlu loe punya cuma keingin tahuan. Tukang taksi bisa paham luar dalam ttg mekanika kuantum, penjual gado-gado bisa ngerti aturan 20/80 dlm bisnis, anak sd bisa bikin program buat orang buta dan berbagai anomali lainnya.

Informasi ttg apa saja, gratis. 
Renungkan dan bikin anak-anak loe paham nilai sesungguhnya dr kemampuan buat online.

Buat punya duit loe musti kerja,  buat kerja loe musti pinter, buat jadi pinter loe musti sekolah, buat sekolah loe butuh duit. Internet memutuskan lingkaran setan ini. Malah lebih bergantung seberapa kuat niat loe.

Di dunia nyata apa-apa itu nggak mungkin gratis karena ada konsep untung rugi. Konsep untung rugi bisa ada karena ada konsep kepemilikan. Nggak tahu siapa yang mulai tapi somewhere di masa lalu kita memutuskan kita bisa MEMILIKI apa yg ada di alam. Mulailah persaingan punya gua segini loe berapa. Kalau bisa dapet banyak tapi cuma dapet sedikit, loe rugi, loe bego. Akhirnya pakemnya makin banyak makin baik. Ketika konsep duit diperkenalkan, kepemilikan disederhanakan jadi secarik kertas. Money is power.

Di dunia maya konsep kepemilikan TIDAK HARUS ada. Kalau tidak ada konsep kepemilikan tidak ada untung rugi. Yang ada cuma bagus,  jelek, berguna atau sampah. Loe nggak perlu beli karena apa yg ada loe boleh pake, loe nggak perlu jual karena apa yg loe bikin orang boleh pake. Nafsunya bukan keserakahan, tapi keingintahuan. Yang dikejar bukan keuntungan, tapi kesempurnaan. Kepuasan berkarya.

Inilah yang melahirkan budaya-budaya seperti gerakan open source, platform wiki, etos peretas, copyleft (common creative) sampai yang lagi seru-serunya WEB 2.0 yg diwujudkan dengan jejaring sosial. This is what the internet is all about.

Wikipedia adalah salah satu produk dr budaya dan semangat itu. Yang jadi bukti nyata transaksi itu nggak mesti jual beli. Tapi bisa simply barter. Give and take. Sharing. Meski wibawa otoritasnya nggak ada tapi kualitasnya nggak kalah dengan produk institusi. Dalam beebrapa aspek malah lebih bagus. Karena orang ngisi wikipedia bukan karena dibayar tapi karena dia demen. Dia cinta. Nggak pernah terpaksa.

Wikipedia adalah bukti bahwa kita bisa mengubah keadaan kalau mau. Menegaskan bahwa harapan buat dunia yang lebih baik dan lebih bersahabat bukan isapan jempol dan tidak naif.

Jangan biarkan harapan itu mati.
Lestarikan wikipedia.
Klik banner dibawah ini atau di paling atas sana.



written By Mas Judge

Postingan Lebih Baru Postingan Lama