Rahasia Kemajuan Adidaya



Setidaknya, ada dua hal mengapa negeri adidaya ini maju.

Satu, kerja keras dan mimpi-mimpi rakyatnya yang memang ingin selalu menjadi yang terbaik. Sebagaimana negara maju yang lain, hukum sangat dipatuhi dan ketertiban senantiasa terjaga. Semua efisien, segala sistem berjalan dengan baik.

Dua, taktik cerdik pemerintahnya dalam mencari 'bahan bakar' pembangunan, tidak peduli bahan bakar itu nangkring di negara lain. Dari Irak, mereka ambil minyak. Jika Anda punya kawan dari Irak, tanyakan apakah ada wilayah Irak yang tidak diobrak-abrik selama invasi? Ada. Wilayah tempat cadangan minyak, sama sekali tidak diobrak-abrik, karena memang wilayah ini alasan utama invasi. Ini namanya taktik supercanggih. Mau mengincar wilayah A, pura-pura mengobrak-abrik daerah lain, yang penting bisa masuk ke wilayah A.

Dari Afghanistan, mereka ambil lithium. Minyak dan Lithium, siapa yang tidak ngiler. Minyak sudah lama dikenal sebagai BBM utama. Lithium adalah bahan bakar HP, laptop, dan segala peralatan yang menggunakan teknologi batere. Tercatat beberapa negara yang memiliki kandungan lithium tertinggi, Bolivia, Chili, Australia, Argentina, China, dan Afghanistan (info soal Afghanistan punya kandungan lithium tidak disebarluaskan, bisa kawan-kawan tanyakan ke orang-orang Afghan) atau baca link ini

Afghanistan disebut sebagai the Saudi Arabia of Lithium. Berita memang baru dimunculkan setelah invasi ke Afghan, pura-pura innocent tidak tahu sebelumnya, padahal inilah yang diincar dari invasi itu. Soal O*ama bin Laden (saya ikut-ikutan bingung, mengisi tanda * dengan b atau s), itu sengaja dihembuskan. Harus cari kambing hitam khan? Kalau US tidak mendapatkan lithium, teknologi masa depan mereka akan kalah jauh dari China. Lithium di Afghanistan belum diolah. Lithium di China, adalah satu-satunya andalan saat ini. Seminggu saja China menghentikan suplai lithium, matilah industri berteknologi lithium di negara lain.

Penggunaan energi di negeri adidaya memang luar biasa sehingga bahan bakar benar-benar penting. Penduduk US adalah 5% dari keseluruhan penduduk dunia. Energi yang digunakan di negeri ini, totalnya adalah 20% dari pemakaian energi di dunia. Kalau butuh angka pastinya, nanti saya kasih. Yang jelas skalanyamencapai  Peta Watt alias 10 pangkat 12 Watt.

Bagaimana dengan negeri kita? Negeri kita adalah negeri super ramah, sehingga tanpa dalih invasi pun, apa yang mereka cari bisa didapatkan dengan mudah. Tidak perlu saya jabarkan, apa saja yang setiap hari kita kirim kepada negeri adidaya, dengan restu para pengambil keputusan negeri ini.

Selain 'kulakan' bahan bakar, hal kedua yang dilakukan pemerintahnya adalah jualan teknologi. Seperti kunjungan Barrack O*ama ke India, untuk jualan reaktor nuklir, bisnis yang sangat menggiurkan. Tentu saja, India tidak akan dilarang mengembangkan teknologi nuklir. Kalau semua negara dilarang mengembangkan nuklir, kemana dong reaktor-reaktor yang mereka produksi dijual. Ke India, reaktor nuklir yang dijual. Ke Indonesia, bahan mentah nuklir aja dech yang diambil gratisan sebagai produk sampingan menambang emas. Dulu menambang tembaga dapat sampingan emas. Eh, sekarang produk sampingannya nambah uranium, masih dibantaaaah saja. Aya-aya wae ieu.

Seorang kawan saya bilang: "Lha itu sekolahmu sebagian dibayar mereka." Apa yang mereka ambil sudah terlalu banyak, kalau tidak ada satu pun yang dicipratkan balik, sungguh-sungguh keterlaluan. Belanda yang jelas-jelas tertulis dalam sejarah sebagai penjajah pun punya jasa besar dalam membangun satu-satunya jalan terusan yang kita punya di negeri kita. Mereka juga yang membangun universitas-universitas tertua dan terbaik di negeri. Penjajah itu juga yang menyekolahkan putera-puteri terbaik bangsa saat itu ke negeri mereka.

Rakyat Indonesia bisa belajar dari rakyat di negeri adidaya tentang pentingnya kerja keras, tentang tidak mempannya KKN. Kita juga bisa berteman -people to people- secara mutual, equal, dan responsible. Tapi, kalau pemerintah ke pemerintah, sepertinya kok impossible. Dan ini yang ditawarkan ketika Barrack O*ama ke Jakarta, bernostalgia basa-basi. Ke India, reaktor ditawarkan. Ke Indonesia, sudah bingung apa lagi yang mesti diambil atau dijual, karena semuanya sudah diambil selama bertahun-tahun.

Kalau ada yang komentar bahwa kunjungan itu punya nilai penting untuk Indonesia, coba sebutkan, tiga saja.  Penting kok cuma dilewat, 24 jam pun ga ada. Sedangkan ke India, perlu tiga hari, namanya juga negosiasi dagang. Bahkan Michelle sempat main congklak bersama anak-anak India. Barrack O*ama memang luar biasa sebagai individu, inspirasi untuk orang-orang yang memiliki mimpi. Sebagai presiden, sepertinya ga beda jauh dengan presiden-presiden sebelumnya. Kepentingan USA harus dinomorsatukan. Seandainya para pengambil keputusan di negeri kita punya prinsip yang sama, kepentingan bangsa dinomorsatukan.

Semoga makin banyak anak negeri bersekolah kesini, bukan untuk menjadi generasi ABS setelah pulang. Tapi, untuk melihat dengan mata kepala sendiri, untuk merenungkan dengan kejernihan pikiran, bagaimana memajukan sebuah bangsa. Tidak perlu ikut-ikutan taktik cerdik pemerintahnya, kita contoh saja kerja keras rakyatnya. Memperbaiki kebobrokan pengambil keputusan negeri kita butuh energi esktra keras. Menanamkan nilai kerja keras ke rakyat, disinilah mesti kita mulai. Semoga kita tidak menjadi bangsa yang putus asa dan berkontribusi kepada bangsa sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Written BY Sidrotun Naim
mahasiswi program Doktor di Universitas Arizona, Amerika Serikat.

Posting Lebih Baru Posting Lama

Leave a Reply