Jangan maen-maen sama bahasa...



Kita ngomong setiap saat (termasuk waktu membathin), kirim pesan (alias nulis) setiap saat, apalagi dengan adanya internet dan merebaknya jaringan sosial. Ditambah lagi memang berbeda dengan budaya barat, orang timur itu guyub banget. Maunya ngumpul terus. Ya makin intense komunikasi itu. Komunikasi itu, lisan ato tulisan menggunakan apa yang kita sebut bahasa.

Tapi apa itu bahasa ? Darimana datangnya ? Bahasa itu diajarkan atau diciptakan ?Kalau ada bayi manusia dan anak panda dikurung dalam satu ruangan dan dipiara sampe gede apakah setelah gede mereka jadi bisa ngobrol ? Ini masih jadi msiteri yang dijawab dengan berbagai teori. Ada yang bilang diajarkan Tuhan. Ada yang bilang diwariskan mahluk luar angkasa. Ada yang bilang tercipta mirip proses evolusi. Dan lain-lain.

Bahasa jadi lebih ajaib lagi kalau dilihat fungsi dan peranannya -dia sarana berpikir. Pernah membayangkan gimana kita berpikir kalau kita nggak kenal bahasa ? Dia bukan sekedar rentetan simbol dan aturan bertutur. Dua-duanya adalah turunan yang kita sebut (dan sekarang banyak dipakai thanks to internet) bahasa tulisan. Bentuk pertamanya adalah bahasa lisan.

Karena bahasalah kita bisa mendefinisikan objek. Dan kemampuan mendefinisikan ini juga sering sering SERING sekali diabaikan seiring dengan tersepelekannya bahasa. Kompleksitas berpikir dan atau berkomunikasi nggak terasa buat kita manusia. Dia baru muncul dan disadari ketika kita pengen bikin sesuatu yang bisa mikir dan berkomunikasi kek manusia.

Kemampuan mendefinisikan objek inilah yang menjadi dasar bernalar sehingga lahir definisi-definisi baru yang makin baik, makin canggih, makin.. makin.. makin... tau-tau orang sampai ke bulan dan bisa balik lagi.

Semua metode bidang ilmu pengetahuan (science & Technology) selalu bermula dari pendefinisian masalah/kebutuhan.

Di ranah manajerial yang katanya separo eksak separo seni, perbaikan berkesinambungan (continuous improvement) bertumpu pada kemampuan mendefinisi karena :

Apa yang nggak bisa didefinisikan, nggak bakal bisa dipahami.
Apa yang nggak bisa dipahami, nggak bakal bisa dikendalikan.
Apa yang nggak bisa dikendalikan, nggak bakal bisa diukur.
Kalau diukur aja nggak bisa, gimana kita bisa improve ?

Di ranah kesenian, meski produk akhirnya bukan bahasa (bisa patung, bisa lukisan)... tapi konsep dan teori yang menjiwai terciptanya karya itu tetap lewat bahasa.

Bahkan di ranah spiritual pun Nabi mana yang mencerahkan umatnya pakai bahasa tubuh ?
Kitab suci apa yang isinya gambar kek komik ?
Sama halnya dengan kesenian, meski produk akhirnya "praktek", tapi dia selalu berawal dari "teori". Karena teori adalah pikiran, ide dan atau nalar.

Jadi sah-sah aja kalo kita have fun dengan bahasa. Tapi jangan pernah meremehkan kemampuan berbahasa yang baik. Karena beda manusia dengan mahluk lain ada dipikiran dan kita berpikir dengan bahasa.
Bahasa menentukan siapa dan seberapa baik kita.

Here's contoh lain kesaktian dan keajaiban yang bisa terjadi kalau orang menguasai bahasa...

Written By Judge Pau
Pengamat Bahasa

Posting Lebih Baru Posting Lama

Leave a Reply