Antara Lidah, Perkataan, Dan Perbuatan
Hore, Hari Baru! Teman-teman.   
Berbicara. Sungguh sebuah kosa  kata yang sederhana. Setiap hari kita mengucapkan kata-kata, sehingga  sama sekali tidak ada hal yang menarik untuk dibahas. Tetapi, mengapa  ada orang yang dibayar hingga puluhan juta rupiah untuk berbicara selama  satu atau dua jam saja? Ada orang yang dicintai karena  perkataan-perkataannya. Dan ada orang yang dibenci karena  ucapan-ucapannya. Oleh sebab itu, kesederhanaan dibalik makna  ‘berbicara’ pastilah memiliki keistimewaan yang layak untuk kita  renungkan.  
Berbicara bukanlah sekedar  keterampilan memainkan lidah untuk berkomunikasi dengan orang lain.  Melainkan juga menjadi salah satu sarana untuk menyampaikan gagasan,  bertukar pikiran, juga mempengaruhi orang lain. Bagi Anda yang tertarik  untuk belajar berbicara secara efektif, saya ajak untuk memulainya  dengan menerapkan 5 kemampuan Natural Intelligence berikut ini:   
1.      Berbicaralah  yang baik, atau diam saja. Sungguh beruntung orang-orang  yang dapat menjaga lidahnya untuk tetap diam, daripada mereka yang rajin  mengucapkan perkataan yang tidak memiliki manfaat apa-apa. Resiko  tertinggi orang yang diam adalah ‘disebut orang pasif’. Sedangkan resiko  terrendah bagi orang yang banyak bicara adalah disebut ‘orang yang  banyak omong’. Manfaat terbesar bagi orang yang diam adalah ‘tidak  dibenci oleh orang lain’.  Sedangkan manfaat terbesar bagi orang yang berbicara adalah; ‘pahala  yang mengalir atas kata-katanya yang baik’. Maka berbicaralah yang  baik-baik karena pahala kebaikannya sangat besar. Atau kalau tidak bisa  mengucapkan perkataan yang baik, maka sebaiknya ya diam saja. 
2.      Selaraskanlah  antara perkataan dengan perbuatan. Perhatikan orang-orang  yang tidak selaras antara perkataannya dengan perbuatannya. Betapa  banyak contoh orang seperti itu dihadapan Anda. Dan Anda tahu betul  bahwa orang lain sudah tidak lagi mempercayai mereka. Ketika seseorang  mengatakan pesan-pesan kebaikan kepada orang lain, namun dirinya sendiri  berperilaku sebaliknya; maka orang tidak lagi mempercayai kata-katanya.  Karena ketidakselarasan menyebabkan  hilangnya kepercayaan. Jagalah keselarasan antara perkataan dan  perbuatan, maka Anda akan mendapatkan kepercayaan dari orang-orang  disekitar Anda. 
3.      Gunakanlah  perkataan untuk mengajari diri sendiri.  Orang-orang yang terlalu banyak berbicara – saya, misalnya – memiliki  kecendrungan untuk mengajari atau mengajak orang lain melalui perkataan  yang yang diucapkannya. Sayangnya sering lupa untuk mengajari diri  sendiri. “Jujurlah!” katanya. Tetapi dia sendiri tidak jujur. Ini  menandakan bahwa dia gagal mengajari dirinya sendiri. Motivasi  saya saat mengatakan sesuatu adalah mengajari diri sendiri. Ternyata  sangat berat untuk belajar sendirian, makanya saya membagi pelajaran  bersama orang-orang yang saya cintai. Itulah sebabnya sambil mengajari  diri sendiri, saya berbagi pelajaran itu dengan Anda. 
4.      Tebuslah  perkataan dengan pendengaran. Ada ruginya juga memposisikan  diri sebagai orang yang paling banyak berbicara. Kita sering tidak  sempat mendengar perkataan orang lain. Boleh jadi perkataan kita  bukanlah hal terbaik dalam satu urusan tertentu. Namun karena kita tidak  bersedia mendengarkan perkataan orang lain; maka kita kehilangan  pelajaran berharga. Sungguh beruntunglah orang yang selain berbicara,  dia juga bersedia mendengar. Selain ilmunya bisa  memberi manfaat kepada orang lain, dia sendiri bisa menarik manfaat  dari pelajaran yang ditebarkan oleh orang lain. 
5.      Yakinlah  jika setiap perkataan harus dipertanggungjawabkan. Kita  sering mengira bahwa kata-kata yang keluar dari mulut kita akan menguap  begitu saja. Kenyataannya perkataan yang kita ucapkan beberapa tahun  lalu, masih diingat oleh orang lain. Sungguh beruntung jika kata-kata  itu baik. Namun sungguh rugi kita jika kata-kata itu buruk. Setiap kata  yang baik, menghasilkan pahala yang baik. Namun, setiap perkataan buruk  pasti akan dibalas dengan imbalan yang  juga buruk. Bahkan, guru spiritual saya mengatakan; “Betapa besarnya  murka Tuhan kepada orang yang mengatakan sesuatu yang bertolak belakang  dengan perbuatannya.” Maka yakinlah, setiap perkataan harus  dipertanggungjawabkan.
Keterampilan berbicara bukanlah  monopoli mereka yang berprofesi sebagai pembicara publik. Setiap orang  patut memiliki keterampilan berbicara yang baik. Satu hal yang perlu  diingat adalah; berbicara tidak selalu berarti mengucapkan sesuatu  dengan lidah kita. Melainkan juga menunjukkan tindakan nyata dalam  kehidupan kita sehari-hari. Mungkin kita bisa berbicara dengan nyaring,  namun perbuatan kita berbicara lebih nyaring dari kata-kata yang diolah  oleh lidah kita. 
Mari Berbagi  Semangat!
 Written by 
Natural Intelligence  Inventor  


Good Post...
BalasHapuslike this lah.. :D